Baik Lawan politik dalam konteks Jakarta
maupun Pesaing dalam hirup pikuk pemilihan presiden mendatang, J adalah
ancaman yang tidak bisa dianggap remeh. Jika menggunakan cara-cara
kotor, politik jegal klasik, teknik busuk dalam menghadapi dan bersaing
dengan J maka bisa dipastikan Oknum akan berhadapan dengan jutaan
JLovers dan hampir pasti J akan menang. Untuk itu harus ada langkah dan
strategi yang berbeda, unik dan mempuni.
Mengapa J harus dijatuhkan?
Pertama, dalam konteks Jakarta. Sistem dan kepemimpinan periode sebelumnya yang selama ini dinikmati para Pejabat, Politisi, Makelar, Manipulator, Preman dan kroni-kroninya sangat empuk dan menghasilkan income yang ruar biasa. Hasilnya bisa untuk menghidupi tujuh turunan dengan beberapa istri. Nah, bandingkan keadaan sekarang dengan pola kepemimpinan J, agak repot dan seret untuk mendapatkan keuntungan. Paling-paling penghasilan dari gaji tetap, untuk melakukan kongkalikong sepertinya dubur kemat-kemut.
Pertama, dalam konteks Jakarta. Sistem dan kepemimpinan periode sebelumnya yang selama ini dinikmati para Pejabat, Politisi, Makelar, Manipulator, Preman dan kroni-kroninya sangat empuk dan menghasilkan income yang ruar biasa. Hasilnya bisa untuk menghidupi tujuh turunan dengan beberapa istri. Nah, bandingkan keadaan sekarang dengan pola kepemimpinan J, agak repot dan seret untuk mendapatkan keuntungan. Paling-paling penghasilan dari gaji tetap, untuk melakukan kongkalikong sepertinya dubur kemat-kemut.
Bukan hanya dalam urusan income,
sekarang rasanya tak mungkin menempatkan kroni-kroni pada posisi dan
jabatan tertentu. Sungguh lelang jabatan telah mencederai harkat,
martabat diriku. Belum semua janji-janji ketika kampanye dulu bisa aku
realisasikan, masih banyak pion-pionku yang tidak menempati posisi
semestinya. Untuk itulah J harus dijatuhkan,
Kedua, dalam konteks pilpres mendatang.
Kerongkongan ane seret, ane sulit tidur memikirkan pilpres mendatang, duit udah keluar banyak untuk iklan dan segala biaya persiapan. Cilakanya… semua lembaga survey mengatakan bahwa J adalah calon terunggul mengalahkan semua kandidat lainnya. Meskipun J sendiri belum menyatakan kesiapannya untuk maju bersaing dalam pilpres, terlebih partai pengusungnya tidak ada sinyal untuk mengajukan J namun tetap saja J mendapat tempat yang lebih baik dari ane. Sontoloyo! J harus diganjal, diganyang, dijatuhkan.
Untuk itu saya mengusulkan cara berbeda
dalam menangani J. Caranya adalah dengan mengetahui persis pola dan
kejiwaan J, cara ini adalah hasil perenungan saya sendiri, entah sudah
pernah dibahas orang lain apa belum, saya kurang tahu persis. Karena
materinya cukup panjang maka diharapkan Anda bersabar dan menikmatinya
dengan sungguh, melebihi kesabaran dan kesungguhan J.
***
“Cetak Biru” manusia di muka bumi ini
sama persis! yang membedakan adalah kadar, porsi, kualitas, ekspresi
dari blue print. Manusia terdiri dari tubuh, roh dan jiwa, saling
terintegrasi dan tidak terpisah. Istilah yang tepat untuk memahaminya
adalah dengan kata ‘pilah’.
Tubuh itu jelas secara pisik bisa
dilihat langsung bisa diraba, dielus. Secara biologi maupun kedokteran
lebih menguasainya dan disesi ini tidak dibahas dengan detail.
roh itu asalnya dari Pencipta, tidak
tampak oleh mata namun bisa disaksikan dengan hati [bukan pisik]. roh
berinteraksi dengan tubuh menghasilkan jiwa.
Jiwa terdiri dari ingin, pikir dan rasa.
Saling terintegrasi dan terdapat interseksi di antara ketiganya. Untuk
mengurainya, saya mencoba menggabarkannya demikian:

- Pikir, Logika segala yang berkenaan dengan penggunaan otak. Olah pikirnya besar alias cerdas otak,
- Rasa, segala yang berkenaan dengan emosi. Rasa selalunya berpasangan seperti benci-rindu, susah-senang, berani-takut, …
- Ingin, maunya Anda apa? Keinginan memiliki kecenderungan membesar atau mengecil
- Hati adalah interseksi/ sinergi dari ketiganya tidak terbatas oleh tubuh, ruang dan waktu. ? [masih perlu diolah]. Kasih, Sayang, Empaty, Peduli… berada pada wilayah ini, semakin besar hatinya, semakin cerdas spiritual. Hati adalah alat, jalur komunikasi ke roh.
Nah dari gambaran di atas secara khusus
jiwa [pikir, rasa, ingin] silahkan menilai, mencermati diri sendiri.
Mana yang hendak dibesarkan, apakah pikir saja, apakah rasa saja ataukah
ingin saja. Yang jelas ketiganya bisa dikendalikan, dikelola dan ingat
hanya diri sendiri yang bisa melakukannya.
Mengapa seorang Pemimpin tidak
disenangi? cek saja apakah dia punya hati atau berapa besar hatinya?
atau mengapa seseorang bisa menjadi teroris? cek saja, sepertinya
rasa-nya sudah ‘dimatikan’ otaknya sudah diciutkan.
Kembali ke J,
Saya menilai bahwa J sangat cakap dalam mengolah kejiwaannya sehingga untuk menjatuhkannya, harus dengan jiwa yang cakap pula.
Saya menilai bahwa J sangat cakap dalam mengolah kejiwaannya sehingga untuk menjatuhkannya, harus dengan jiwa yang cakap pula.
Nah inilah yang saya sebut cara santun
menjatuhkan J, hanya dengan hati yang besar, hanya dengan kombinasi olah
pikir, olah rasa, olah ingin yang tepat yang mampu mengalahkan J.
Apakah cara ini ampuh? saya menjamin 1000% mempuni. Kalau tidak percaya silahkan dibuktikan!
Siapa yang tidak ingin sehat? siapa yang
tidak ingin punya mobil dan rumah? siapa yang tidak ingin suasanya
nyaman? siapa sih yang tidak ingin sejahtera? siapa sih yang tidak ingin
keadilan? siapa sih yang tidak ingin kebenaran?
Mari yang ingin menggunakan cara ini
dalam berbagai aspek, sebagai Guru, sebagai Politisi, sebagai Pelajar,
sebagai Pegawai, Buruh, Penulis dan dalam berbagai macam bidang profesi.
Teknologi inilah yang digunakan oleh para Perumus, Perancang NKRI! sehingga Negara ini bisa ada sampai detik ini.
Catatan: pemaparan di atas masih butuh
diolah dan diolah. Jika ada yang keliru silahkan di koreksi, ini hanya
olah diri saya yang belum mempuni.
Salam Cerdas,
No comments:
Post a Comment