Kepada
Sahabat Guru
Yang Dibanggakan
𝙎𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙋𝙚𝙣𝙙𝙞𝙙𝙞𝙠 𝙆𝙧𝙚𝙖𝙩𝙞𝙛,
Sahabat sekalian… setiap kita yang memilih profesi Guru tentu punya beragam alasan sehingga sampai saat ini masih “memberi diri” kepada Pembelajar yang tiada henti melakukan berbagai kegiatan pembelajaran dengan beragam tujuan. Seharusnya, komitmen tersebut pantas diberi apresiasi dan menjadi kebanggaan tersendiri, sebab tidak semua insan menikmati profesi Guru.
𝗦𝗮𝗵𝗮𝗯𝗮𝘁 𝗚𝘂𝗿𝘂, 𝗣𝗮𝗵𝗮𝗺𝗸𝗮𝗵 𝗦𝗮𝘆𝗮 𝗽𝗲𝗿𝗮𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗱𝗮𝗻𝗴 𝗗𝗶𝗿𝗶𝗸𝘂 𝗹𝗮𝗸𝗼𝗻𝗶?
Ada kisah menarik yang penting untuk direnungkan oleh setiap insan Guru. Suatu saat, Presiden Amerika John F. Kennedy berkunjung ke pusat antariksa NASA. Beliau melihat seorang petugas kebersihan yang sedang membersihkan lantai. Beliau menghampiri petugas kebersihan tersebut dan bertanya, Apa yang sedang Anda lakukan? Petugas Pembersih itu menjawab: “Tuan Presiden, saya membantu mengirimkan manusia ke bulan”.
𝗣𝗮𝗸… 𝗕𝘂 𝗚𝘂𝗿𝘂, 𝗔𝗽𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗱𝗮𝗻𝗴 𝗔𝗻𝗱𝗮 𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻?
Sadar peran bisa membuat seseorang melakukan aktifitasnya dengan bangga dan dengan tekun menyajikan menu, suguhan belajar yang “nikmat” bagi setiap insan dalam “kelas pembelajaran”. Sadar peran wajib dibarengi dengan menyediakan bahan ajar alamiah, pengetahuan meracik bumbu belajar yang sehat, menyajikan hidangan yang menarik untuk segera disantap dalam suasana yang sejuk. Dalam hal ini sungguh tidak dibutuhkan yang instan!
Prosesi belajar saat ini yang sedang kita fasilitasi bisa jadi hambar, mungkin juga menyiksa atau sama sekali tidak sehat untuk dikonsumsi para pembelajar. Untuk itu setiap insan Guru wajib memahami dan mengetahui persis apa yang dialami oleh pembelajar.
𝗚𝘂𝗿𝘂 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗣𝗮𝗻𝗴𝗴𝗶𝗹𝗮𝗻.
Apa dan Siapa yang memanggil saya menjadi Guru? Bukankah saya sendiri yang memilih profesi ini? Memang benar bahwa Guru adalah pilihan. Setiap insan bebas memilih dan menentukan pilihan profesinya, termasuk yang tidak paham bahwa ini adalah pilihan diri sendiri atau merasa tidak memilih. Ada jutaan insan yang memilih menjadi Guru namun tidak semua Guru “sukses” dalam pembelajaran.
Alam serta segala isinya sebagai Maha Karya Pencipta diamanatkan kepada Manusia untuk dikelola dengan bijaksana, milyar manusia butuh berelasi dengan sesama secara damai dan sejahtera. Kekayaan alam sungguh tak terbatas dan akan menjadi sangat terbatas ketika Manusia keliru menggunakan dan mengelolanya.
Peran Guru bisa memicu Murid menjadi sosok yang tamak, egois bahkan bisa menjadikan seseorang yang buas terhadap sesamanya. Apakah boleh saya mengatakan bahwa Guru dipanggil oleh Sang Pencipta untuk menjadi rekan sekerjaNya?
𝗕𝗮𝗽𝗮𝗸, 𝗜𝗯𝘂 𝗚𝘂𝗿𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗕𝗲𝗿𝗯𝗮𝗵𝗮𝗴𝗶𝗮,
Apapun gelar akademik yang ada di pundakmu, tak peduli berapa gaji yang engkau terima, terlepas dari beban hidup yang engkau alami, sudah punya sertifikat pendidik atau belum, dimanapun kelas engkau hadir, ketika engkau masih berhadapan dengan Murid dalam kelas pembelajaran, Engkau adalah Guru.
Tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Menjadikan dirisendiri sebagai sosok Guru Pembelajar mesti terus diupayakan dan pada saatnya ketika para Guru dipanggil kembali ke pangkuanNya, senyum sumringah atas karya selama jadi Guru menyaksikan tunas baru tumbuh dengan sehat, damai nan sejahtera.
Di pangkuanNya tidak butuh sertifikat dan embel-embel…
***
Jika Anda Guru, bolehkah membuat surat balasan atas coretan saya ini? Entah kritik, entah beda paham, entahlah… tetapi marilah kita menyatakan pikiran, perasaan dalam wujud teks… please…
Apalagi Anda selaku Kepala Sekolah, jangan hanya maniest di mulut mendukung Gerakan Literasi Sekolah yang dicanangkan Pemerintah NKRI.
Oleh: Daniel Pasedan. Guru yang diberi tugas tambahan oleh Yayasan Perguruan Kristen Toraja sebagai Kepala Sekolah, Yang saat ini sedang kecut dan bauuuuuuu…
Sahabat Guru
Yang Dibanggakan
𝙎𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙋𝙚𝙣𝙙𝙞𝙙𝙞𝙠 𝙆𝙧𝙚𝙖𝙩𝙞𝙛,
Sahabat sekalian… setiap kita yang memilih profesi Guru tentu punya beragam alasan sehingga sampai saat ini masih “memberi diri” kepada Pembelajar yang tiada henti melakukan berbagai kegiatan pembelajaran dengan beragam tujuan. Seharusnya, komitmen tersebut pantas diberi apresiasi dan menjadi kebanggaan tersendiri, sebab tidak semua insan menikmati profesi Guru.
𝗦𝗮𝗵𝗮𝗯𝗮𝘁 𝗚𝘂𝗿𝘂, 𝗣𝗮𝗵𝗮𝗺𝗸𝗮𝗵 𝗦𝗮𝘆𝗮 𝗽𝗲𝗿𝗮𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗱𝗮𝗻𝗴 𝗗𝗶𝗿𝗶𝗸𝘂 𝗹𝗮𝗸𝗼𝗻𝗶?
Ada kisah menarik yang penting untuk direnungkan oleh setiap insan Guru. Suatu saat, Presiden Amerika John F. Kennedy berkunjung ke pusat antariksa NASA. Beliau melihat seorang petugas kebersihan yang sedang membersihkan lantai. Beliau menghampiri petugas kebersihan tersebut dan bertanya, Apa yang sedang Anda lakukan? Petugas Pembersih itu menjawab: “Tuan Presiden, saya membantu mengirimkan manusia ke bulan”.
𝗣𝗮𝗸… 𝗕𝘂 𝗚𝘂𝗿𝘂, 𝗔𝗽𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗱𝗮𝗻𝗴 𝗔𝗻𝗱𝗮 𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻?
Sadar peran bisa membuat seseorang melakukan aktifitasnya dengan bangga dan dengan tekun menyajikan menu, suguhan belajar yang “nikmat” bagi setiap insan dalam “kelas pembelajaran”. Sadar peran wajib dibarengi dengan menyediakan bahan ajar alamiah, pengetahuan meracik bumbu belajar yang sehat, menyajikan hidangan yang menarik untuk segera disantap dalam suasana yang sejuk. Dalam hal ini sungguh tidak dibutuhkan yang instan!
Prosesi belajar saat ini yang sedang kita fasilitasi bisa jadi hambar, mungkin juga menyiksa atau sama sekali tidak sehat untuk dikonsumsi para pembelajar. Untuk itu setiap insan Guru wajib memahami dan mengetahui persis apa yang dialami oleh pembelajar.
𝗚𝘂𝗿𝘂 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗣𝗮𝗻𝗴𝗴𝗶𝗹𝗮𝗻.
Apa dan Siapa yang memanggil saya menjadi Guru? Bukankah saya sendiri yang memilih profesi ini? Memang benar bahwa Guru adalah pilihan. Setiap insan bebas memilih dan menentukan pilihan profesinya, termasuk yang tidak paham bahwa ini adalah pilihan diri sendiri atau merasa tidak memilih. Ada jutaan insan yang memilih menjadi Guru namun tidak semua Guru “sukses” dalam pembelajaran.
Alam serta segala isinya sebagai Maha Karya Pencipta diamanatkan kepada Manusia untuk dikelola dengan bijaksana, milyar manusia butuh berelasi dengan sesama secara damai dan sejahtera. Kekayaan alam sungguh tak terbatas dan akan menjadi sangat terbatas ketika Manusia keliru menggunakan dan mengelolanya.
Peran Guru bisa memicu Murid menjadi sosok yang tamak, egois bahkan bisa menjadikan seseorang yang buas terhadap sesamanya. Apakah boleh saya mengatakan bahwa Guru dipanggil oleh Sang Pencipta untuk menjadi rekan sekerjaNya?
𝗕𝗮𝗽𝗮𝗸, 𝗜𝗯𝘂 𝗚𝘂𝗿𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗕𝗲𝗿𝗯𝗮𝗵𝗮𝗴𝗶𝗮,
Apapun gelar akademik yang ada di pundakmu, tak peduli berapa gaji yang engkau terima, terlepas dari beban hidup yang engkau alami, sudah punya sertifikat pendidik atau belum, dimanapun kelas engkau hadir, ketika engkau masih berhadapan dengan Murid dalam kelas pembelajaran, Engkau adalah Guru.
Tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Menjadikan dirisendiri sebagai sosok Guru Pembelajar mesti terus diupayakan dan pada saatnya ketika para Guru dipanggil kembali ke pangkuanNya, senyum sumringah atas karya selama jadi Guru menyaksikan tunas baru tumbuh dengan sehat, damai nan sejahtera.
Di pangkuanNya tidak butuh sertifikat dan embel-embel…
***
Jika Anda Guru, bolehkah membuat surat balasan atas coretan saya ini? Entah kritik, entah beda paham, entahlah… tetapi marilah kita menyatakan pikiran, perasaan dalam wujud teks… please…
Apalagi Anda selaku Kepala Sekolah, jangan hanya maniest di mulut mendukung Gerakan Literasi Sekolah yang dicanangkan Pemerintah NKRI.
Oleh: Daniel Pasedan. Guru yang diberi tugas tambahan oleh Yayasan Perguruan Kristen Toraja sebagai Kepala Sekolah, Yang saat ini sedang kecut dan bauuuuuuu…